Harga Solar Naik, Nelayan di Kendal Menjerit Tak Bisa Melaut
Ilustrasi perahu nelayan yang tidak melaut karena harga solar naik dan sulit didapat. (Foto: Ist) |
KENDAL, LKTNews.com - Kenaikan harga BBM solar sejak Sabtu (3/9/2022) lalu mendapat keluhan dari para nelayan di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Pasalnya, naiknya harga solar mengakibatkan biaya operasional membengkak. Padahal, tangkapan ikan yang didapatkan belum tentu bisa mendapatkan untung saat dijual.
Selain itu, mereka juga disusahkan dengan sulitnya mencari bahan bakar minyak untuk mesin kapalnya tersebut.
Dilansir dari Kompas.com, salah satu nelayan di Bandengan Kendal, Hafid mengatakan, banyak nelayan yang tidak bisa melaut karena tidak ada solar. Padahal, saat ini tangkapan ikan di laut cukup baik.
Baca Juga: Polsek Weleri Bongkar Penimbun BBM Solar Bersubsidi untuk Dijual Kembali ke Industri
"Solar sulit. Saya masih bisa melaut, karena masih punya sisa solar. Itupun saya melautnya tidak berani jauh ke tengah. Saya takut kehabisan solar," ujar Hafid, pada Selasa (6/9/2022).
Dirinya mendapat surat rekomendasi untuk membeli BBM solar di SPBU Bandengan dari Dinas Kelautan Kendal, sebanyak 60 liter per hari. Sebab, kapal miliknya bermesin tiga.
"Satu mesinnya dijatah 20 liter," ucap Hafid.
Hafid mengaku, jumlah kapal di Bandengan ada sekitar 500 kapal. Satu kapal ada yang bermesin 2, ada juga yang 3 dan 4.
Sebagian dari mereka belum tahu apakah besok bisa melaut apa tidak. Sebab, hingga kini belum mendapat solar.
"Solar di SPBU Bandengan sudah habis," tutur Hafid.
Hal yang sama juga dialami nelayan Bandengan lain, Yitno, menuturkan, nasib nelayan di Bandengan sangat memprihatinkan.
Sebab, tidak bisa rutin melaut lantaran solar sulit didapat. SPBU Bandengan yang menyediakan BBM Solar, sering tidak bisa memenuhi kebutuhan nelayan.
Baca Juga: Kecelakaan Dump Truk Vs Dump Truk di Jalan Pantura Semarang-Kendal, Begini Kondisi Sopir Truk
Padahal, ketika bisa melaut, hasilnya tidak menentu. Kadang dapat ikan banyak, kadang sedikit.
"Sekali berangkat, kami setidaknya mengeluarkan uang untuk beli rokok, makan, dan solar. Sehari kami mengeluarkan Rp450.000. Sementara hasilnya tidak menentu," ujar Yitno.
Yitno yang juga ketua rukun nelayan Bandengan mengatakan, untuk menutup kebutuhan rumah tangga sehari-hari, banyak nelayan yang terpaksa harus hutang atau menjual barang berharga miliknya.
"Kami pasrah. Kami orang kecil, tidak bisa berbuat apa-apa, selain bertahan hidup," ujar Yitno.
Nasib nelayan Bandengan, Kecamatan Kendal, juga dialami oleh Amon, nelayan Gempolsewu, Kecamatan Rowosari.
Menurut Amon, dirinya dan nelayan lain di Gempolsewu, jarang melaut karena sulit mencari solar. Dirinya ingin wakil rakyat bisa mendengar jeritan nelayan ini.
"Solar naik, tapi sulit dicari. Kami tidak bisa cari ikan di laut. Keluarga kami, harus makan apa," ujar Amon.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Kendal, Triyono menuturkan, pihaknya sudah menyampaikan keluhan nelayan Kendal ke HNSI Jawa Tengah.
Baca Juga: Kronologi Tawuran Berujung Maut di Plantaran Kendal, Berawal Saling Tantang di Medsos
Dia berharap ada solusi dari pemerintah, supaya nelayan tidak kesulitan mendapatkan solar.
"Solar itu, kan kebutuhan pokok nelayan. Kalau tidak ada solar, mereka tidak bisa melaut," ucap Triyono.
Triyono menegaskan, naiknya harga solar sudah memberatkan nelayan. Sekarang malah solar sulit di dapat.
Operator SPBU Bandengan, Ikhsan menuturkan, dalam sehari SPBU-nya menerima kiriman solar dari Pertamina sebanyak 16.000 liter.
Baca Juga: Kapolres Kendal Terus Berantas Judi Togel di Kendal, Warga Diminta Ikut Proaktif
Tapi, waktu pengirimannya tidak menentu. Kadang siang, kadang malam. Sementara, waktu berangkat nelayan ke laut pagi dan siang.
"Hingga siang ini, belum ada kiriman. Padahal, solar di SPBU Bandengan sudah habis," ujar Ikhsan.
Ikhsan menambahkan, jumlah nelayan di Bandengan yang terdaftar di SPBU Bandengan ada 17.000 orang. Mereka ada yang mempunyai perahu sendiri, ada juga yang ikut pemilik kapal.
FOLLOW LKTNEWS.COM DI GOOGLE NEWS.